Advertisement

Advertisement

Minggu, 15 Juli 2012

Kolom Wisata Mistis on Tempo : Memburu Mitos Hantu Bandung


Lampu senter yang mengantar rombongan masuk Gua Belanda di hutan Dago Pakar, Bandung, malam itu, sengaja dimatikan. Suasana mendadak hening. Dalam gelap yang pekat itu, beragam suara terdengar bergantian. Awalnya, bunyi geraman hewan buas, lalu desis seperti ular, kemudian suara orang melangkah memakai sepatu bot.
“Jelas banget. Suaranya seperti menempel di kuping,“ kata Aufi Sillah, 20 tahun.
Jantung mahasiswa Institut Manajemen Telkom Bandung itu semakin berdebar ketika kepalanya terasa dielus dua kali. Ia menyangka itu ulah iseng tiga temannya. Namun, ketika ditanya sekeluarnya dari terowongan itu, teman-temannya tak ada yang mengaku. Kejutan itu dialami Aufi saat pertama kali ikut ekspedisi Komunitas Wisata Mistis ke Gua Belanda pada 26 Mei lalu.
Berselang dua pekan, Aufi kembali ikut perjalanan malam ke Gua Jepang yang lokasinya tak jauh dari Gua Belanda. Saat itu rombongan heboh karena seorang peserta perempuan sempat kerasukan. Walau mengaku takut hantu, Aufi malah penasaran. ”Ada sensasi tersendiri, acaranya jadi bikin ketagihan,” katanya, Jumat lalu.

Jenis wisata yang tak biasa itu digelar secara rutin oleh Komunitas Wisata Mistis tiap dua pekan sekali pada Sabtu malam. Perjalanan yang dimulai pukul 20.00 hingga pukul 02.00 dinihari itu menyambangi sebuah lokasi yang dianggap angker dan berbau mistis di Bandung. Paling tidak, lokasi itu sempat menjadi topik panas di forum obrolan Kaskus.co.id sejak setahun terakhir.
Tak puas berbincang di dunia maya, tujuh orang anggota forum itu memutuskan bertemu langsung. Lokasinya di depan SMA 3 Bandung, di Jalan Belitung, pada pukul 21.00. Mereka ingin membuktikan mitos hantu Noni Belanda bernama Nancy.
Kabarnya, si hantu suka muncul di lantai dua gedung sekolah itu, tepatnya di kelas yang lampunya menyala dan jendelanya terbuka. Kelas itu bisa terlihat dari jalan raya di depan sekolah, sehingga mereka tak perlu masuk. ”Tiga orang dari kami bisa melihatnya di sekolah itu,” kata salah seorang pendiri komunitas itu, Baruna Bagaskara, 23 tahun.
Perjalanan pada 10 April 2011 itu kemudian dijadikan tonggak pendirian Komunitas Wisata Mistis. ”Tujuannya untuk membuktikan mitos hantu di Bandung, karena suka banyak cerita yang enggak benar,” ujar Sekretaris Komunitas, Dady Setiadi Suarsa, 21 tahun.
Lokasi wisata yang akan didatangi mereka tentukan dari kongko rutin tiap Rabu malam. Tempatnya di warung tenda angkringan seberang gerbang kampus Institut Teknologi Bandung di Jalan Ganesha. Acara kumpul-kumpul itu terkadang berpindah ke Warung Indung Jalan Riau, mulai pukul 20.00. 
Tempat yang telah dikunjungi, selain ketiga tempat di atas, adalah terowongan air Sungai Cikapundung Sang Hyang Tikoro. Selain itu, ada ekspedisi khusus. Misalnya, membuktikan hantu anak kecil dan mitos boneka di jembatan Sungai Cikapundung dekat hutan kota Babakan Siliwangi. Juga kisah sumber mata air Sumur Bandung dan pohon beringin angker di Jalan Ciumbuleuit dan di belakang Gedung Sate.
Awalnya, perjalanan rombongan ini hanya bermodalkan nyali. Sejak awal 2012, pengurus merancang wisata mistis lebih serius. Sebelum rombongan tiba, tim metafisika diutus untuk sowan dan melakukan pendekatan ke penghuni gaib di lokasi. Biasanya mereka berbekal dupa atau kemenyan. Tim itu bertugas menjaga keamanan dan keselamatan peserta dari gangguan makhluk gaib. Panitia juga menyiapkan tim medis.
Siapa pun yang berminat, ujar Dady, bisa ikut bergabung wisata gratis ini tanpa harus menjadi anggota. Khusus bagi anak berusia 17 tahun ke bawah, harus disertai surat izin dari orang tua. Soal biaya, pada lokasi tujuan tertentu seperti di tempat wisata, panitia hanya menarik iuran Rp 13 ribu untuk patungan membayar pencerita dan uang parkir.
Anggota komunitas itu kini berjumlah 200 orang lebih. Umumnya dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Kini konsep, aturan, dan standar keamanan Komunitas Wisata Mistis itu diminati kelompok minat serupa di berbagai daerah. Komunitas yang terbentuk, misalnya, Wisata Mistis IPB Bogor, Wisata Mistis Sumedang, dan Wisata Mistis Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Ke depan, jenis wisata mistis itu rencananya akan dikembangkan bagi kalangan khusus, misalnya karyawan perusahaan yang beberapa kali telah meminta diajak berwisata. ”Komunitas itu bisa membuat kesan mistis yang menakutkan jadi acara seru,” ujar Aufi Sillah. Berani ikut? (L ANWAR SISWANDI)

Sumber : Koran tempo Edisi,15 Juli 2012 (Memburu Mitos Hantu Bandung)

1 komentar:

  1. yeah masuk koran nasional euy luar biasa sesuatu banget komunitas ini...

    BalasHapus