Advertisement

Advertisement

Selasa, 05 November 2013

[Kolom Wisata Mistis] ME Asia Magazine Edisi bulan Oktober : Meluruskan Benar Tidaknya Kisah Mistis di Masyarakat

Meluruskan Benar Tidaknya Kisah Mistis di Masyarakat
MEasiaMagazine.net – Melatih keberanian bisa bermacam cara. Bisa ikut kegiatan olahraga ekstrim, memelihara binatang eksotik, atau mengunjungi tempat-tempat angker. 
Mengunjungi tempat angker? Iya, itu betul! Anda bisa melatih keberanian melalui cara ini, tapi tidak sendiri. Sebab ada komunitas yang sudah berdiri dua tahun lalu dan siap menjadi teman uji nyali.
Awal terbentuknya komunitas ini sebenarnya hanya iseng. Sekelompok masyarakat yang suka dengan kisah-kisah misteri saling berkumpul dan berbagi cerita tentang tempat-tem
pat angker di Bandung, Jawa Barat. Ya, kelompok ini memang berbasis di Bandung. Tapi anggotanya tersebar di beberapa kota di Indonesia. Mereka saling janjian untuk pergi ke tempat-tempat yang telah disepakati bersama.
“Awalnya cuma iseng dan  tidak terkonsep. Lama-lama banyak yang tertarik  dan  ingin gabung untuk ikut mengunjungi tempat-tempat urban legend lainnya.  Setelah itu kami memutuskan untuk membentuk konsep, visi dan  misi, serta membuat struktur  organisasi agar bisa  jadi wadah bagi  teman-teman yang tertarik  dan  memiliki hobi yang sama,” jelas Iman Abdul Rahman, Ketua Umum Komunitas Wisata Mistis (Wismis), sekaligus pengelola www.WisataMistis.com kepada MEasia beberapa waktu lalu.
Setelah beberapa kali berkumpul, Komunitas  Wisata Mistis berdiri secara resmi pada 10 April 2011. Ketika itu didirikan oleh Sepfian Herdyanto, Alan Actanto  dan Baruna Bagaskara. Jumlah anggota Komunitas Mistis ini sekarang tercatat 200an orang, belum  termasuk anggota pasif. Anggota yang aktif berjumlah 50-60 orang. Selain dari Bandung, anggota Komunitas Mistis kebanyakan berasal dari Riau, Medan, Tangerang, Banten dan Bali. Hampir seluruh anggota Komunitas  Mistis adalah pria, yang rata-rata merupakan mahasiswa dan karyawan.
Seluruh anggota ini berkumpul secara berkala untuk melakukan kegiatan bersama. “Mereka berpetualang, menginvestigasi bersama dan  meluruskan mitos atau misteri yang  berkembang di masyarakat. Dan melalui kegiatan ini kami ingin meluruskan mitos-mitos yang  tidak benar setelah kunjungan lapangan. Apabila cerita-cerita seram yang beredar di masyarakat tidak benar, tentu  bisa  segera diluruskan,” jelas Iman.
Beberapa kunjungan yang pernah dilakukan antara lain wisata mistis ke sebuah pool bus di Gede Bage-Soekarno Hatta, kota Bandung. Masyarakat kawasan ini menyatakan sering mengalami gangguan makhluk halus. Dan hal ini mungkin  bukan isapan jempol, sebab sesosok wanita berpakaian putih tertangkap kamera salah  satu peserta.
Ada lagi kunjungan lainnya, yaitu ke sebuah bengkel tua di Bandung, dimana lokasi ini merupakan tempat pembuangan bangkaibangkai kendaraan, yang banyak diantaranya pernah terlibat kecelakaan. Berbagai kisah penampakan sering disampaikan masyarakat sekitar.
BERTEMU HANTU BUKAN TUJUAN UTAMA
Tak cuma sekadar datang ke lokasi yang disebut masyarakat angker, kelompok wisata mistis juga memiliki misi dan visi khusus, yaitu memperkenalkan situs-situs bersejarah di daerah-daerah tertentu. Sebab seringkali lokasi-lokasi yang disebut masyarakat angker justru memiliki nilai historis tinggi. Tidak semua situs itu ternyata “berhantu”.
“Tentu pada dasarnya tujuan utama kami bukan berburu hantu, tapi lebih tertarik  pada cerita/urban legend di tempattempat tertentu, yang  akan kami ungkap melalui investigasi langsung di lapangan. Tidak semua mitos berkaitan dengan mahkluk gaib, sehingga kami juga bermaksud untuk meluruskan mitos-mitos yang  tidak benar,” Iman menambahkan.
Artinya, banyak kisah mistis yang beredar di masyarakat hanya sebatas cerita yang disertai  bumbu-bumbu seram, sehingga membuat orang penasaran. Hal ini menjadi salah  satu tantangan Wismis untuk mengungkapnya. Dan jika terbukti tidak ada, maka mereka akan  menjelaskan yang sebenarnya kepada masyarakat.
Pembelajaran lain yang bisa didapat dengan menjadi anggota Wismis adalah mereka bisa mengasah keberanian. “Kami dilatih untuk belajar menghadapi rasa takut, terutama pada diri sendiri. Selain  itu, jika benar mahkluk gaib  itu memang ada di suatu tempat, maka kami juga berkewajiban untuk mengedukasi masyarakat agar tidak mengkultuskannya. Bahwa mereka memang ada, benar, tapi bukan untuk dikultuskan atau ditakuti,” jelas Iman lagi.
Setiap akan  melakukan kunjungan ke kawasan mistis, tim Wismis selalu merencanakannya dengan matang. Tidak serta-merta menuju  lokasi. Ada survei awal yang dilakukan beberapa hari sebelum ekspedisi. Survei ini sekaligus kegiatan mengurus perizinan pada pihak terkait, cek situasi dan rute perjalanan.
Penelusuran situs pasti akan  dipandu oleh narasumber, kuncen, atau  tokoh  masyarakat di lokasi yang bersangkutan. Bagi beberapa peserta yang mau melakukan mediumisasi (berkomunikasi dengan mahkluk gaib secara metafisik) juga diperbolehkan. Tentu setelah semua prosedur perizinan dilakukan dan diperbolehkan.
MELAKUKAN KEGIATAN SOSIAL
Demi menjaga kekompakan, Komunitas  Wisata Mistis mengadakan pertemuan secara berkala. Adapun jadwal kumpul mingguan adalah setiap Kamis (malam Jumat) dan jadwal ekspedisi  dilakukan setiap Sabtu (malam minggu). Di acara kumpul mingguan ini, selain membicarakan tentang agenda kunjungan, juga mengenalkan para  anggota baru. Sedangkan kegiatan kumpul di malam Minggu lebih fokus pada rencana ekspedisi, terutama pada hal teknis  persiapan.
Untuk bisa ikut serta dalam komunitas ini tidak sulit. Calon peserta bisa mendaftar melalui pendaftaran online yang tersedia di web. Dan ada  iuran keanggotaan, sebesar Rp 5000 per minggu,” ujar Iman lagi.
Tak cuma mengunjungi tempat mistis, Komunitas  Wisata Mistis juga memiliki kegiatan sosial. Secara berkala para anggota Wismis bergabung dengan komunitas lain untuk melakukan kegiatan sosial. Salah satu kegiatan sosial yang pernah dilakukan adalah membersihkan Sungai Cikapundung beserta masyarakat. Atau acara bakti sosial lainnya, yang rutin dilakukan adalah memberikan sembako (sembilan bahan pokok) atau  pakaian layak pakai bagi masyarakat yang memerlukannya.
Intinya, semua kegiatan tidak bisa dilakukan begitu saja. Komunitas  ini bertujuan untuk  memberikan panduan tentang bagaimana seseorang harus menyikapi kisah-kisah mistis yang berkembang di masyarakat. Jangan sampai kisah-kisah ini tumbuh dan berkembang tanpa dasar yang jelas.
[ME] Nessy  Febrinastri / Foto: Istimewa.

Sumber : ME Asia Magezine

0 komentar:

Posting Komentar